Senin, 09 Maret 2020

ANEMIA

DEFENISI ANEMIA APLASTIK
Anemia aplastik adalah anemia kegagalan sumsum tulang ditandai adanya pansitopenia dengan sebagian besar kasus terjadi kelainan sumsum tulang hypoplasia. Organ penting dalam pembentukan sel darah merah adalah sumsum tulang. Fungsinya memproduksi semua jenis sel darah, mulai sel darah merah, darah putih dan trombosit (keping darah). Seandainya organ tersebut gagal dalam menjalankan fungsinya, maka mengakibatkan anemia aplastik. Anemia aplastik merupakan anemia normokromik normositer yang disebabkan oleh disfungsi sumsum tulang sedemikian sel darah yang mati tidak terganti. Pada tujuh puluh persen kasus penyebab anemia aplastik didapat tidak dapat diterangkan, sedangkan sisanya diduga akibat radiasi, bahan kimia termasuk obat-obatan, infeksi virus, dan lain-lain.5 Gejala-gejala yang timbul pada pasien anemia aplastik merupakan gejala pansitopenia seperti pucat, perdarahan, dan infeksi.

PATOFISIOLOGI

Ada dua hal yang menjadi patofisiologi anemia aplastik
Kerusakan pada sel induk pluripoten
Gangguan pada sel induk pluripoten ini menjadi penyebab utama terjadinya anemia aplastik. Sel induk pluripoten yang mengalami gangguan gagal membentuk atau berkemba ng menjadi sel-sel darah yang baru. Umumnya hal ini dikarena kan kurangnya jumlah sel induk pluripoten ataupu karena fungsinya yang menurun. Penanganan yang tepat untuk individu anemia aplastik yang disebabkan oleh gangguan pada sel induk adalah terapi transplantasi sumsum tulang.

Kerusakan pada microenvironment
Ditemukan gangguan pada mikrovaskuler, faktor humoral (misal eritropoietin) maupun bahan penghambat pertumbuhan sel. Hal ini mengakibatkan gagalnya jaringan sum sum tulang untuk berkembang. Gangguan pada microenvironment merupakan kerusakan lingkungan sekitar sel induk pluripoten sehingga menyebabkan kehilangan kemampuan sel tersebut unt uk berdiferensiasi menjadi sel-sel darah. Selain itu pada beberapa p enderita anemia aplastik ditemukan cell inhibitors atau penghambat pertumbuhan sel. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya limfosit T yang menghambat pertumbuhan sel-sel sums um tulang. Sampai saat ini, teori yang paling dianut sebagai penyebab anemia aplastik adalah gangguan pada sel induk pluri poten.
GEJALA
Pada penderita anemia aplastik da pat ditemukan tiga gejala utama yaitu, anemia, trombosit openia, dan leukopenia. Ketiga gejala ini disertai dengan gejala-gejala lain yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Anemia biasanya ditandai dengan pucat, mudah lelah, lemah, hilang selera maka n, dan palpitasi.
Trombositopenia, misalnya: p erdarahan gusi, epistaksis, petekia, ekimosa dan lai n-lain.
Leukopenia ataupun granulositopenia, misalnya: infeksi.

Selain itu, hepatosplenomegali dan limfadenopati juga dapat ditemukan pada penderita anemia aplastik ini meski sangat jarang terjadi.

PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS
Ada dua jenis pemeriksaan ya ng dapat dilakukan untuk mendiagnosis anemia aplastik, yaitu pemeriksaan fisis dan pemeriksaan laboratorium.

PEMERIKSAAN FISIS

Pada pemeriksaan fisis penderita a nemia aplastik diperoleh:
Pucat
Perdarahan pada gusi, retina, hidung, dan kulit.
Tanda-tanda infeksi, misalnya d emam.
Pembesaran hati (hepatomegali)
Tanda anemia Fanconi, yaitu bintik Café au lait dan postur tubuh yang pendek.
Tanda dyskeratosis congenita, yaitu jari-jari yang aneh dan leukoplakia.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah Tepi
Granulosit < 500 /mm3
Trombosit < 20.000 /mm3
Retikulosit < 1.0 % (atau bahkan hampir tidak ada)

Pada penderita anemia aplastik ditemukan kadar retik ulosit yang sedikit atau bahkan ti dak ditemukan. Sedangkan jumlah limfosit dapat normal atau sedikit menurun. Dari ketiga kriteria darah tepi di atas, dapat ditentukan berat tidaknya suatu anemia aplastik ya ng diderita oleh pasien. Cukup dua d ari tiga kriteria di atas terpenuhi, maka si individu sudah dapat digolongkan sebagai penderita anemia aplastik berat.





Sumsum Tulang
Hiposeluler < 25%
Pemeriksaan sumsum tulang ini dilakukan pemeriksaan biopsi dan aspirasi.




PROGNOSIS
Kondisi semakin buruk jika ditemuk an:
Neutrofil   < 0.5 x 109
Platelet< 20 x 109
Retikulosit < 40 x 109
Sebelum era transplantasi sumsum tulang tulang, angka mortalitas sangatlah tinggi. Kira-kira 65% sampai 80%. Dengan adanya transp lantasi sumsum tulang, angka mortalitas ini dapat dipastikan turun. Transplantasi sumsum tulang ini sa ngatlah baik dilakukan bagi mereka yang berumur dibawah 25 tahun dan lebih baik lagi bila dilakukan pa da anak-anak.

PENGONBATAN
Terapi Suportif
Transfusi darah dan platelet sangat bermanfaat, namun harus digunakan dengan bijaksana dan baik karena dapat terjadi sensitisasi pada sel dan imunitas humoral pasien anemia a plastik. Bila terjadi hal yang demikian, donor digan ti dengan yang cocok HLA-nya (orang tua atau saud ara kandung).
Faktor-faktor pertumbuhan he matopoietik
Terapi dengan Growth factor sebenarnya tidak dapat memperbaiki kerusakan sel induk. Namun terapi ini masih dapat dijadikan pilihan terutama untuk pasien dengan infeksi berat. Penggunaan G-CSF (granulocyte-colony stimulating factor) terbukti berman faat memulihkan neutrofil pada kasus neutrop enia berat. Namun hal ini tidak berlangsung la ma. G-CSF harus dikombinasikan dengan regime n lain misalnya ATG/CsA untuk mendapatkan hasil terapi yang lebih baik.
Transplantasi Sumsum Tulang (SCT, Stem Cell Transplantation)
Transplantasi sumsum tulang ini dapat dilakukan pada pasien anemia aplastik jika memiliki donor yang cocok HLA-nya (misalnya saudara kembar ataupun saudara kandung). Ter api ini sangat baik pada pasien yang masih anak-anak. Transplantasi sumsum tulang ini dapat mencapai angka keberhasilan lebih dari 80% jika memiliki donor yang HLA-nya cocok. Namun angka ini dapat menurun bila pasien yang mendapat terapi semakin tua. Artinya, semakin meningkat umur, makin meningkat pula reaksi penolakan sumsum tulang donor. Kondisi ini biasa disebut GVHD atau graft-versus-host disease.


Transfusi darah
Transfusi darah tidak dapat menyembuhkan penyakit anemia aplastik, namun dapat meringankan gejala anemia dan menyediakan sel-sel darah yang tidak bisa diproduksi oleh sumsum tulang. Penderita anemia aplastik berat mungkin akan membutuhkan transfusi darah berulang kali. Hal ini bisa meningkatkan risiko komplikasi transfusi darah, seperti infeksi, reaksi kekebalan tubuh terhadap darah yang didonorkan, hingga penumpukan zat besi pada sel darah merah (hemokromatosis).

Transplantasi sel induk
Transplantasi sel induk atau yang biasa disebut transplantasi stem cell atau sel punca bertujuan untuk menyusun kembali sumsum tulang dengan sel induk dari donor. Metode pengobatan ini masih dianggap satu-satunya pilihan pengobatan untuk penderita anemia aplastik berat. Transplantasi sel induk umumnya dilakukan untuk orang-orang yang berusia muda dan memiliki kecocokan dengan donor (biasanya saudara kandung). Metode ini bisa dilakukan melalui transplantasi sumsum tulang. Meski merupakan pilihan terapi utama untuk mengobati anemia aplastik, prosedur transplantasi sel induk atau transplantasi sumsum tulang ini juga mempunyai risiko, yaitu reaksi penolakan terhadap sumsum tulang dari donor.

Obat penekan sistem kekebalan tubuh (imunosupresan)

Obat ini bekerja dengan melemahkan sistem kekebalan tubuh. Pengobatan ini biasanya dilakukan bagi orang-orang yang tidak dapat menjalani transplantasi sumsum tulang karena memiliki kelainan autoimun. Imunosupresan dapat menekan aktivitas sel-sel kekebalan tubuh yang merusak sumsum tulang, sehingga membantu sumsum tulang untuk pulih dan menghasilkan sel-sel darah baru. Dalam mengobati anemia aplastik, biasanya obat penekan sistem kekebalan tubuh ini diberikan bersamaan dengan obat-obatan golongan kortikosteroid.

Stimulan sumsum tulang
Obat-obatan tertentu seperti sargramostim, filgrastim dan pegfilgrastim, serta epoetin alfa juga dapat digunakan untuk merangsang sumsum tulang untuk memproduksi sel-sel darah baru. Golongan obat-obatan ini dapat digunakan bersamaan dengan obat imunosupresan.














Previous Post
Next Post

Nama lengkap Vinsensius Yohanes Pa' Tukan.,biasa dipanggil Owen atau NoPa' . Lahir dari keluarga yang tidak mampu secara ekonomi, dan bisa melanjutkan pendidikan sampai perguruan tinggi, hal ini menyebabkan saya bertekad untuk bisa menjadi orang yang lebih bermakna bagi siapapun, terutama bagi keluargaku (bapak, mama, kakak dan adik ) yang selalu memberikan dukungan penuh di dalam hidupku selama ini. kataku " Hadapi Dengan Senyuman "

0 Comments: