Selasa, 02 Maret 2021

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)




 Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)




MAKALAH

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)

 







Disusun Oleh :

VINSENSIUS YOHANES PA’ TUKAN

318017

 

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA ANALIS KESEHATAN

POLITEKNIK KATOLIK MANGUNWIJAYA

SEMARANG

2020

 

Latar Belakang

Pada awal tahun 2020, dunia digemparkan dengan adanya pneumonia baru atau virus baru yaitu Corona virus jenis baru (SARS-CoV-2) dan penyakitnya disebut Corona virus disease 2019 (COVID 19). Diketahui awal virus baru ini berasal dari salah satu pasar seafood atau live market di kota Wuhan. Tiongkok. Virus ini ditemukan pada bulan Desember tahun 2019, sampai saat ini dipastikan ada 65 Negara yang terjangkit virus ini (WHO, 2020), (PDPI, 2020).

Corona virus merupakan virus RNS strain tunggal positif, berkapsul dan tidak bersegmen. Corona virus tergolong ordo Nidovirales, keluarga corona viridae. Struktur coronavirus membentuk struktur seperti kubus dengan protein S berlokasi di permukaan virus. Protein S atau spike salah protein antigen utama virus dan merupakan struktur utama untuk penulisan gen. Protein S berperan dalam penempelan dan masuknya virus kedalam sel host (Wang, 2020).

Penyakit COVID-19 dengan cepat menyebar ke seluruh penjuru dunia karena penularannya yang sangat mudah dan sulit dikendalikan. Cara penularan virus ini pun semakin bervariasi, bisa melalui udara, droplet, permukaan yang terkontaminasi, maupun fecal oral. Salah satu cara penyebaran virus melalui droplet, yaitu di mana virus corona keluar saat seseorang batuk, bersin, bernyanyi, berbicara, hingga bernapas dan udara yang keluar dari hidung dan mulut tersebut mengeluarkan partikel kecil atau aerosol dan dapat melayang di udara. Oleh karena bahayanya, penyebaran virus corona ini dapat dicegah dengan menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun/handsanitizer, menjaga jarak minimal 1 meter, tidak menyentuh mata hidung dan mulut saat tangan kotor, saat batuk/bersin gunakan tisu untuk menutupi, mengkonsumsi makanan dan minuman sehat serta vitamin (WHO, 2020).


 

A.    Pengaruh Physical Distancing Dalam Penurunan Resiko Infeksi COVID-19

 

Menurut WHO, penyakit infeksi virus dapat ditularkan melalui jarak yang relevan degan lingkungan dalam ruangan oleh aerosol, dan dapat mengakibatkan kumpulan besar infeksi virus dalam waktu singkat. Mengingat banyaknya kesamaan antara virus SARS-CoV-2 dengan pendahulunya virus SARS-CoV-1, maka besar kemungkinan bahwa virus SARS-CoV-2 juga menyebar melalui udara (Morawska, 2020).

Telah dilakukan beberapa penelitian, di mana dari beberapa pengambilan sampel udara ditemukan RNA virus SARS-CoV-2. Hal ini menguatkan kemungkinan bahwa penyakit COVID-19 yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 ini dapat menyebar melalui aerosol dari droplet. Droplet adalah cairan yang keluar saat manusia bernafas, bersin, batuk, dan berbicara. Oleh sebab itu, penularan virus ini dapat cepat menyebar karena interaksi manusia dapat menjadi jalur penularan virus dari orang ke orang (Chu, 2020 ; Isbaniah, 2020).

Jarak sosial dapat mengurangi penularan virus dari orang yang terinfeksi ke individu yang rentan dengan meningkatkan jarak fisik antar orang atau mengurangi frekuensi berkumpul di lingkungan komunitas padat sosial, seperti sekolah atau tempat kerja (Ahmed, 2018).

Menurut Chu (2020), terdapat kebijakan untuk jaga jarak fisik minimal 1 meter agar terjadi penurunan infeksi yang besar, bahkan jarak 2 meter atau lebih mungkin lebih efektif, seperti yang diterapkan juga di beberapa negara. Manfaat utama dari tindakan menjaga jarak fisik ini adalah untuk mencegah penularan selanjutnya sehingga dapat mengurangi hasil buruk dari infeksi SARS-CoV-2.


 

B.     Evektifitas Masker Dalam Mencegah COVID-19

                 Menurut Sommerstain (2020), COVID-19 yang disebabkan oleh virus SARS- CoV-2 dapat menyebar melalui empat cara, yaitu :

1)                  Droplet yang dikeluarkan melalui batuk atau bersin ke selaput lendir (mulut, hidung, mata)

2)                  Aerosol dari sumber yang sudah tetap seperti ventilasi mekanis atau bronkoskopi

3)                  Kontak langsung (misalnya, mencium, menyentuh tangan atau bagian tubuh lain yang terkontaminasi)

4)                  Kontak dengan permukaan yang terkontaminasi.

                  Salah satu cara pencegahan selain menjaga jarak adalah dengan menggunakan masker. Terdapat beberapa jenis masker sekali pakai yang dapat digunakan, yaitu sebagai berikut :

1)                  Masker bedah standar, digunakan untuk melindungi terhadap transmisi droplet dari SARS-CoV-2. Membentuk penghalang terhadap tetesan maupun percikan. Masker bedah agak longgar dengan wajah pengguna, dapat dipakai maksimal 8 jam, kecuali saat rusak atau terlihat basah. Untuk menghindari kontaminasi diri, masker tidak boleh digunakan di sekitar leher dan harus menutupi hidung dan mulut.

2)                  Masker respirator, atau masker FFP (Filtering Face Piece), dikenal sebagai masker N95. Masker N95 digunakan untuk prosedur yang menghasilkan aerosol. Terdapat tiga kategori tergantung pada kinerja filter partikel >0,3 μm : FFP1 (>80%), FFP2 (>94%), dan FFP3 (>99%). Masker FFP2 digunakan untuk melindungi pengguna dari menghirup partikel di udara, namun masker ini memiliki katup ekspirasi yang tidak diindikasikan dalam COVID-19 karena dianggap tidak dapat melindungi orang lain.

             Jenis masker yang dianggap memiliki efficacy yang baik di antaranya N95 respirator, surgical mask, polypropylene, dan masker berbahan katun (Dwirusman, 2020).

C.    Persyaratan Masker Kain yang Baik untuk Mencegah COVID-19

 

Jumlah lapisan untuk masker kain (masker non medis) minimum 3 lapis, tergantung dengan jenis kain yang digunakan, lapisan bagian dalam menyentuh wajah pemakai sedangakan lapisan paling luar yang terpapar oleh lingkungan sekitar . Kain nilon dan 100 % polyester jika dilipat menjadi dua lapis memberikan 2-5 kali lipat efisiensi filtrasi dibandingkan lapisan tunggal kain yang sama, dan jika dilipat menjadi empat lapis efisiensi filtrasi meningkat menajdi 2-7 kali. Masker yang terbuat dari kain sapu tangan atau katun saja harus terdiri dari 4 lapis, efisiensi filtrasi hanya 13% (WHO,2020).

 

 

D.    Jenis dan Efektivitas Hand Sanitizer/Hand Rub dalam Mencegah Transmisi COVID-19

 

 

Jenis Handsanitizer yang mengandung Etanol dengan konsentrasi minimal 60% sudah diketahui dapat melarutkan bagian lipid atau lemak dari dinding virus sehingga virus akan rusak. Karena etanol juga mampu larut dengan air, maka sangat menguntungkan karena dapat melarutkan virus yang amplopnya bersifat larut air (non- lipophilic virus). Bahan golongan klorin (contohnya klorin dioksida, sodium hipoklorit, asam hipoklorit) dapat membunuh virus dengan jalan masuk menembus dinding virus dan akan merusak bagian dalam virus. Klorin adalah cairan/bahan yang mudah menguap, sehingga memiliki risiko mengganggu pernafasan bila terhirup dan menimbulkan sesak nafas sampai iritasi paru-paru, sesuai banyaknya klorin yang terhirup. Benzalkonium klorida, salah satu golongan surfaktan kationik yang saat ini banyak digunakan pada cairan disinfektan, juga mampu merusak dinding virus. Apabila terhirup juga dapat menimbulkan bahaya dalam pernafasan dan beberapa orang dapat mengalami reaksi alergi atau kambuhnya asma. Hidrogen peroksida (H2O2) merupakan senyawa oksidator kuat yang dapat merusak dinding virus dan mampu merusak material di dalamnya. Penggunaan hidrogen peroksida secara berlebihan akan menyebabkan iritasi hingga rusaknya  kulit.  Penggunaan  bersama-sama  antara  hidrogen  peroksida   (1%)   dengan peracetic acid (0,08%) juga efektif untuk merusak dinding virus (Larasati & Haribowo, 2020)

 

E.     Efektivitas Sabun dan Hand Sanitizer dalam Mencegah Transmisi COVID-19

Menurut Berardi (2020), penggunaan hand sanitizer/ hand rub tetap lebih fleksibel, nyaman, cepat, dan menyebabkan iritasi dibandingkan mencuci tangan dengan sabun dan air. Untuk masyarakat umum, CDC menyarankan untuk mencuci tangan dengan sabun dan air daripada menggunakan hand sanitizer, jika memungkinkan. Selain itu, hand sanitizer/hand rub kurang efektif dalam kasus tangan yang sangat berminyak atau kotor, karena penetrasi produk yang buruk jika melalui lapisan kotoran di tangan yang kotor. Sebaliknya, deterjen dalam pencuci tangan memungkinkan pembersihan lebih dalam dan pembuangan kuman lebih tinggi. Namun, mengingat tidak semua formulasi hand sanitizer/hand rub sama, pelabelan yang tepat sangat penting dalam mengarahkan dosis/jumlah alkohol dan komponen lain untuk mencapai sanitasi yang memadai. Pilihan wadah, penutup dan dispenser juga penting dalam mengeluarkan jumlah hand sanitizer yang tepat pada setiap penggunaan.

Oleh karena itu, jika dilihat dari segi efisiensi maka pembersih tangan berbasis alkohol (hand rub/hand sanitizer) lebih efisien dan mudah digunakan daripada mencuci tangan menggunakan sabun dan air. Namun, jika dilihat dari efektifitasnya, maka mencuci tangan menggunakan sabun dan air lebih baik daripada menggunakan alkohol, karena penggunaan sabun dan air untuk cuci tangan akan lebih kuat membunuh mikroorganisme dan lebih menyeluruh, dapat menjangkau bagian sudut kulit, sedangkan dengan menggunakan alkohol, tidak dapat menjamin setiap sudut kulit ditangan terkena alkohol juga.


 

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, F., Zviedrite, N., Uzicanin, A. 2018. Effectiveness of Workplace Social Distancing Measures in Reducing Influenza Transmission : A Systematic Review. BMC Public Health. 18 (518) : 1 – 13.

Berardi, A., Perinelli, D., Merchant, H., Bisharat, L., Basheti, I., Bonacucina, G., Cespi, M., Palmieri, G. 2020. Hand Sanitisers Amid Covid-19 : A Critical Review of Alcohol- Based Products on the Market and Formulation Approaches to Respond to Increasing Demand. International Journal of Pharmaceutics. 584 : 1 – 14.

Chu, D., Akl, E., Duda, S., Solo, K., Yaacoub, S., Schunemann, H. 2020. Physical Distancing, Face Masks, and Eye Protection to Prevent Person-to-Person Transmission of SARS-CoV-2 and COVID-19 : A Systematic Review and Meta-Analysis.  Lancet. 395: 1973 – 1987.

Dwirusman, C. 2020. Peran dan Efektivitas Masker Dalam Pencegahan Penularan Corona Disease 2019 (COVID-19). Jurnal Medika Hutama. 2(1) : 412 – 420.

Larasati,A & Haribowo,C . 2020 . Penggunaan Desinfektan dan Antiseptik pada Pencegahan Penularan Covid-19 di Masyarakat . 5 (3) 2020, 137-145.

Morawska, L., Cao, J. 2020. Airborne Transmission of SARS-CoV-2 : The World Should Face the Reality. Environment International. 139 : 1 – 3.

WHO. 2020. Coronaviruse Disease (COVID-19) Advice for Public : World Health Organization.