Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
MAKALAH
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
Disusun Oleh :
VINSENSIUS YOHANES PA’ TUKAN
318017
PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA ANALIS
KESEHATAN
POLITEKNIK KATOLIK MANGUNWIJAYA
SEMARANG
2020
Latar Belakang
Pada awal tahun 2020, dunia
digemparkan dengan adanya pneumonia baru atau virus baru yaitu Corona virus
jenis baru (SARS-CoV-2) dan penyakitnya disebut Corona virus disease 2019
(COVID 19). Diketahui awal virus baru ini berasal dari salah satu pasar seafood
atau live market di kota Wuhan. Tiongkok. Virus ini ditemukan pada bulan
Desember tahun 2019, sampai saat ini dipastikan ada 65 Negara yang terjangkit
virus ini (WHO, 2020), (PDPI, 2020).
Corona virus merupakan
virus RNS strain tunggal positif, berkapsul dan tidak bersegmen. Corona virus
tergolong ordo Nidovirales, keluarga corona viridae. Struktur coronavirus
membentuk struktur seperti kubus dengan protein S berlokasi di permukaan virus.
Protein S atau spike salah protein antigen utama virus dan merupakan struktur
utama untuk penulisan gen. Protein S berperan dalam penempelan dan masuknya
virus kedalam sel host (Wang, 2020).
Penyakit COVID-19
dengan cepat menyebar ke seluruh penjuru dunia karena penularannya yang sangat
mudah dan sulit dikendalikan. Cara penularan virus ini pun semakin bervariasi,
bisa melalui udara, droplet, permukaan yang terkontaminasi, maupun fecal oral.
Salah satu cara penyebaran virus melalui droplet, yaitu di mana virus corona
keluar saat seseorang batuk, bersin, bernyanyi, berbicara, hingga bernapas dan
udara yang keluar dari hidung dan mulut tersebut mengeluarkan partikel kecil
atau aerosol dan dapat melayang di udara. Oleh karena bahayanya, penyebaran
virus corona ini dapat dicegah dengan menggunakan masker, mencuci tangan dengan
sabun/handsanitizer, menjaga jarak minimal 1 meter, tidak menyentuh mata hidung
dan mulut saat tangan kotor, saat batuk/bersin gunakan tisu untuk menutupi,
mengkonsumsi makanan dan minuman sehat serta vitamin (WHO, 2020).
A.
Pengaruh Physical Distancing Dalam Penurunan Resiko
Infeksi COVID-19
Menurut WHO,
penyakit infeksi virus dapat ditularkan melalui jarak yang relevan degan
lingkungan dalam ruangan oleh aerosol, dan dapat mengakibatkan kumpulan besar
infeksi virus dalam waktu singkat. Mengingat banyaknya kesamaan antara virus
SARS-CoV-2 dengan pendahulunya virus SARS-CoV-1, maka besar kemungkinan bahwa
virus SARS-CoV-2 juga menyebar melalui udara (Morawska, 2020).
Telah dilakukan
beberapa penelitian, di mana dari beberapa pengambilan sampel udara ditemukan
RNA virus SARS-CoV-2. Hal ini menguatkan kemungkinan bahwa penyakit COVID-19
yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 ini dapat menyebar melalui aerosol dari
droplet. Droplet adalah cairan yang keluar saat manusia bernafas, bersin,
batuk, dan berbicara. Oleh sebab itu, penularan virus ini dapat cepat menyebar
karena interaksi manusia dapat menjadi jalur penularan virus dari orang ke
orang (Chu, 2020 ; Isbaniah, 2020).
Jarak sosial
dapat mengurangi penularan virus dari orang yang terinfeksi ke individu yang
rentan dengan meningkatkan jarak fisik antar orang atau mengurangi frekuensi
berkumpul di lingkungan komunitas padat sosial, seperti sekolah atau tempat
kerja (Ahmed, 2018).
Menurut Chu
(2020), terdapat kebijakan untuk jaga jarak fisik minimal 1 meter agar terjadi
penurunan infeksi yang besar, bahkan jarak 2 meter atau lebih mungkin lebih
efektif, seperti yang diterapkan juga di beberapa negara. Manfaat utama dari
tindakan menjaga jarak fisik ini adalah untuk mencegah penularan selanjutnya
sehingga dapat mengurangi hasil buruk dari infeksi SARS-CoV-2.
B.
Evektifitas Masker Dalam Mencegah COVID-19
Menurut Sommerstain (2020),
COVID-19 yang disebabkan oleh virus SARS- CoV-2 dapat menyebar melalui empat
cara, yaitu :
1)
Droplet yang
dikeluarkan melalui batuk atau bersin ke selaput lendir (mulut, hidung, mata)
2)
Aerosol dari sumber
yang sudah tetap seperti ventilasi mekanis atau bronkoskopi
3)
Kontak langsung
(misalnya, mencium, menyentuh tangan atau bagian tubuh lain yang
terkontaminasi)
4)
Kontak dengan
permukaan yang terkontaminasi.
Salah satu cara pencegahan
selain menjaga jarak adalah dengan menggunakan masker. Terdapat beberapa jenis
masker sekali pakai yang dapat digunakan, yaitu sebagai berikut :
1)
Masker bedah
standar, digunakan untuk melindungi terhadap transmisi droplet dari SARS-CoV-2.
Membentuk penghalang terhadap tetesan maupun percikan. Masker bedah agak
longgar dengan wajah pengguna, dapat dipakai maksimal 8 jam, kecuali saat rusak
atau terlihat basah. Untuk menghindari kontaminasi diri, masker tidak boleh
digunakan di sekitar leher dan harus menutupi hidung dan mulut.
2)
Masker
respirator, atau masker FFP (Filtering Face Piece), dikenal sebagai masker N95.
Masker N95 digunakan untuk prosedur yang menghasilkan aerosol. Terdapat tiga
kategori tergantung pada kinerja filter partikel >0,3 μm : FFP1 (>80%),
FFP2 (>94%), dan FFP3 (>99%). Masker FFP2 digunakan untuk melindungi
pengguna dari menghirup partikel di udara, namun masker ini memiliki katup
ekspirasi yang tidak diindikasikan dalam COVID-19 karena dianggap tidak dapat
melindungi orang lain.
Jenis masker yang dianggap
memiliki efficacy yang baik di antaranya N95 respirator, surgical mask,
polypropylene, dan masker berbahan katun (Dwirusman, 2020).
C.
Persyaratan Masker Kain yang Baik untuk Mencegah
COVID-19
Jumlah lapisan untuk
masker kain (masker non medis) minimum 3 lapis, tergantung dengan jenis kain
yang digunakan, lapisan bagian dalam menyentuh wajah pemakai sedangakan lapisan
paling luar yang terpapar oleh lingkungan sekitar . Kain nilon dan 100 %
polyester jika dilipat menjadi dua lapis memberikan 2-5 kali lipat efisiensi
filtrasi dibandingkan lapisan tunggal kain yang sama, dan jika dilipat menjadi
empat lapis efisiensi filtrasi meningkat menajdi 2-7 kali. Masker yang terbuat
dari kain sapu tangan atau katun saja harus terdiri dari 4 lapis, efisiensi
filtrasi hanya 13% (WHO,2020).
D.
Jenis dan Efektivitas Hand Sanitizer/Hand Rub dalam
Mencegah Transmisi COVID-19
Jenis Handsanitizer
yang mengandung Etanol dengan konsentrasi minimal 60% sudah diketahui dapat melarutkan
bagian lipid atau lemak dari dinding virus sehingga virus akan rusak. Karena
etanol juga mampu larut dengan air, maka sangat menguntungkan karena dapat
melarutkan virus yang amplopnya bersifat larut air (non- lipophilic virus).
Bahan golongan klorin (contohnya klorin dioksida, sodium hipoklorit, asam
hipoklorit) dapat membunuh virus dengan jalan masuk menembus dinding virus dan
akan merusak bagian dalam virus. Klorin adalah cairan/bahan yang mudah menguap,
sehingga memiliki risiko mengganggu pernafasan bila terhirup dan menimbulkan
sesak nafas sampai iritasi paru-paru, sesuai banyaknya klorin yang terhirup.
Benzalkonium klorida, salah satu golongan surfaktan kationik yang saat ini
banyak digunakan pada cairan disinfektan, juga mampu merusak dinding virus.
Apabila terhirup juga dapat menimbulkan bahaya dalam pernafasan dan beberapa
orang dapat mengalami reaksi alergi atau kambuhnya asma. Hidrogen peroksida
(H2O2) merupakan senyawa oksidator kuat yang dapat merusak dinding virus dan
mampu merusak material di dalamnya. Penggunaan hidrogen peroksida secara
berlebihan akan menyebabkan iritasi hingga rusaknya kulit.
Penggunaan bersama-sama antara
hidrogen peroksida (1%)
dengan peracetic acid (0,08%) juga efektif untuk merusak dinding virus
(Larasati & Haribowo, 2020)
E.
Efektivitas Sabun dan Hand Sanitizer dalam Mencegah
Transmisi COVID-19
Menurut
Berardi (2020), penggunaan hand sanitizer/ hand rub tetap lebih fleksibel,
nyaman, cepat, dan menyebabkan iritasi dibandingkan mencuci tangan dengan sabun
dan air. Untuk masyarakat umum, CDC menyarankan untuk mencuci tangan dengan
sabun dan air daripada menggunakan hand sanitizer, jika memungkinkan. Selain
itu, hand sanitizer/hand rub kurang efektif dalam kasus tangan yang sangat
berminyak atau kotor, karena penetrasi produk yang buruk jika melalui lapisan
kotoran di tangan yang kotor. Sebaliknya, deterjen dalam pencuci tangan
memungkinkan pembersihan lebih dalam dan pembuangan kuman lebih tinggi. Namun,
mengingat tidak semua formulasi hand sanitizer/hand rub sama, pelabelan yang
tepat sangat penting dalam mengarahkan dosis/jumlah alkohol dan komponen lain
untuk mencapai sanitasi yang memadai. Pilihan wadah, penutup dan dispenser juga
penting dalam mengeluarkan jumlah hand sanitizer yang tepat pada setiap penggunaan.
Oleh
karena itu, jika dilihat dari segi efisiensi maka pembersih tangan berbasis
alkohol (hand rub/hand sanitizer) lebih efisien dan mudah digunakan daripada
mencuci tangan menggunakan sabun dan air. Namun, jika dilihat dari
efektifitasnya, maka mencuci tangan menggunakan sabun dan air lebih baik
daripada menggunakan alkohol, karena penggunaan sabun dan air untuk cuci tangan
akan lebih kuat membunuh mikroorganisme dan lebih menyeluruh, dapat menjangkau
bagian sudut kulit, sedangkan dengan menggunakan alkohol, tidak dapat menjamin
setiap sudut kulit ditangan terkena alkohol juga.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, F., Zviedrite, N., Uzicanin, A. 2018. Effectiveness of Workplace
Social Distancing Measures in Reducing Influenza Transmission : A Systematic
Review. BMC Public Health. 18 (518) :
1 – 13.
Berardi, A., Perinelli, D., Merchant, H., Bisharat, L., Basheti, I.,
Bonacucina, G., Cespi, M., Palmieri, G. 2020. Hand Sanitisers Amid Covid-19 : A
Critical Review of Alcohol- Based Products on the Market and Formulation
Approaches to Respond to Increasing Demand. International
Journal of Pharmaceutics. 584 : 1 – 14.
Chu, D., Akl, E., Duda, S., Solo, K., Yaacoub, S., Schunemann, H. 2020.
Physical Distancing, Face Masks, and Eye Protection to Prevent Person-to-Person
Transmission of SARS-CoV-2 and COVID-19 : A Systematic Review and
Meta-Analysis. Lancet. 395: 1973 – 1987.
Dwirusman, C. 2020. Peran dan Efektivitas Masker Dalam Pencegahan
Penularan Corona Disease 2019 (COVID-19). Jurnal
Medika Hutama. 2(1) : 412 – 420.
Larasati,A & Haribowo,C
. 2020 . Penggunaan Desinfektan dan
Antiseptik pada Pencegahan Penularan Covid-19 di Masyarakat . 5 (3) 2020,
137-145.
Morawska, L., Cao, J. 2020.
Airborne Transmission of SARS-CoV-2 : The World Should Face the Reality. Environment International. 139 : 1 – 3.
WHO. 2020. Coronaviruse Disease (COVID-19) Advice for
Public : World Health Organization.
0 Comments: